Terowongan berusia 2.000 tahun yang ditemukan di bawah Colosseum, Roma, kini siap dibuka untuk umum pada bulan Oktober. Dikenal sebagai Passage of Commodus, terowongan ini dulunya digunakan oleh kaisar Romawi untuk masuk ke arena tanpa terlihat oleh publik, memberikan gambaran menarik tentang keangkuhan kekuasaan di masa lalu.
Dengan panjang 55 meter, terowongan ini dirancang agar kaisar dan tamunya bisa mencapai area VIP tanpa berbaur dengan penonton lainnya. Ini menunjukkan bagaimana arsitektur kuno sangat memperhatikan kenyamanan dan aksesibilitas para pejabat tinggi pada masanya.
Dari tahun 1810 hingga 1814, terowongan ini digali oleh para arkeolog Prancis, yang dipimpin oleh Carlo Lucangeli. Setelah kemudian diteliti kembali pada tahun 1874 dan diinspeksi ulang di tahun 1990-an, terowongan ini menjadi salah satu situs bersejarah yang ikonis di Roma.
Sejarah dan Pentingnya Terowongan Commodus
Pembangunan terowongan ini mencerminkan keinginan Kaisar Commodus untuk memiliki tempat yang lebih eksklusif dan tersembunyi. Momen-momen bersejarah yang terjadi di dalam terowongan ini memberikan pandangan menarik tentang strategi dan rencana politik pada masa lalu.
Selama proses restorasi situs antara tahun 2020 hingga 2021, para arkeolog melakukan pemetaan terowongan secara menyeluruh. Mereka menemukan berbagai ukiran yang menggambarkan perburuan babi hutan, adu beruang, dan akrobat yang menghibur penonton di Colosseum.
Pembukaan terowongan Commodus ini tidak hanya merevitalisasi sejarah Romawi kuno tetapi juga menambah daya tarik wisatawan ke kota yang penuh sejarah ini. Di era modern, pentingnya pelestarian warisan budaya semakin mendesak, dan temuan ini menjadi bagian dari upaya tersebut.
Kompleksitas Sosial dan Kebudayaan di Zaman Romawi
Commodus, yang memerintah dari tahun 177 hingga 192 M, dikenal sebagai kaisar yang kejam dan penuh kesombongan. Kemampuannya untuk bertarung di arena gladiator, mengenakan kostum Hercules, menjadi sorotan utama dalam banyak catatan sejarah.
Dalam kehidupannya, Commodus sering mempermalukan lawan-lawannya di arena, bahkan membunuh hewan-hewan dengan cara yang kejam. Praktik ini menunjukkan betapa tingginya nilai hiburan dan kekuasaan dalam masyarakat Romawi.
Sikap Commodus yang anti-demokratik dan egosentris menjadikan dia salah satu sosok paling dibenci dalam sejarah Romawi. Dia bahkan pernah berusaha diakui sebagai dewa, menciptakan lebih banyak kontroversi di kalangan masyarakat.
Konservasi dan Penelitian arkeologi yang Berkelanjutan
Direktur museum Italia, Massimo Osanna, menjelaskan bahwa pembukaan terowongan Commodus ini adalah pencapaian besar dalam bidang konservasi dan penelitian budaya. Upaya ini membawa pemahaman baru tentang bagaimana budaya Romawi bekerja dan keterkaitannya dengan arsitektur.
Selama tahun-tahun penggalian dan restorasi, banyak artefak yang ditemukan telah memberikan wawasan lebih dalam tentang kehidupan sosial di zaman Romawi. Dengan demikian, archaeologi modern terus berusaha untuk memahami dan melestarikan warisan yang telah banyak dipengaruhi oleh waktu dan pertempuran.
Diharapkan dengan pembukaan terowongan ini, para pengunjung tidak hanya mendapatkan wawasan sejarah tetapi juga memahami bagaimana pelestarian budaya penting untuk generasi mendatang. Terowongan ini bukan hanya sebuah struktur, tetapi simbol dari kompleksitas sejarah yang menyelimuti kehidupan masa lalu.